Berwisata Dengan Nuansa Islami di Masjid Mahligai Minang

author photo

Berwisata dengan nuansa Islami di Masjid Mahligai Minang atau biasa disebut dengan Masjid Raya sumatera Barat. Hari-hari biasa masjid ini banyak dikunjungi oleh masarakat atau wisatawan lokal, Nasional maupun Internasional, Masjid ini sangat kondang sehingga banyak wisatawan nusantara yang datang untuk salat dan menikmati bentuk bangunannya yang unik. Dikutip dari Antara, di kala libur lebaran ini, banyak kendaraan dari berbagai daerah mampir dan memenuhi lahan parkir yang luas, seperti pelat nomor B, BK, BM, BH, A, D, F dan nopol lokal.

Struktur bangunan berbentuk atap rumah adat Minang yang bergonjong, lancip ke atas menjulang, berbentuk empat persegi, serta tanpa kubah. Dengan bentuk itu, bangunan tersebut sangat menonjol dibandingkan bangunan di sekitarnya. Bahkan, menara masjid setinggi 85 meter sekalipun terlihat mini karena begitu "raksasanya" bangunan utama masjid. Rencana semula akan didirikan tiga menara lain. Bila malam tiba, permainan lampu warna-warni menyiram tubuh menara dan badan masjid sehingga makin rancak. Tapi saat ini baru satu Menara Masjid Raya Sumatera Barat (MRSB) setinggi 85 meter yang direncanakan menjadi salah satu tempat untuk melihat hilal menentukan awal Ramadhan. Rasa penasaran yang sangat ingin naik ke dalam menara Mesjid Raya Kota Padang yang merupakan kebanggan umat islam khususnya masyarakat Sumatera Barat yang disebut sebagai titik tertinggi yang berada dalam Kota. "Tentu jika dibayangkan sangat indah melihat matahari terbenam pada sore hari dan melihat kemilau lampu di malam hari, ia berharap menara Mesjid Raya Kota Padang segera selesai dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum maupun hal lain.

Bagaimana menarik bukan, tapi sayangnya saat ini untuk menara belum bisa dinaiki karena masih diperancak dan menurut kabar yang potret terima akan  dibuka untuk umum ahir tahun 2018 ini. Sekilas, bangunan seluas 4.430 meter persegi itu sangat khas rumah adat Minang, tetapi sesungguhnya tidak hanya demikian. Bentuk tersebut ternyata juga perlambang dari kain empat pergi yang menjadi pegangan bagi empat suku kabilah ketika akan meletakkan Hajar Aswad (batu hitam) ke sudut Kakbah, sesuai arahan Nabi Muhammmad. Keunikan lainnya terdapat pada desain mihrab yang berbentuk oval dengan lingkaran berwarna putih perak, seperti cangkang batu Hajar Aswad. Pada tengahnya yang berisikan mimbar dan ruang salat imam, dari jauh menyerupai Hajar Aswad. Seakan-akan, bersujud di mihrab seperti mencium Hajar Aswad. Sementara, langit-langitnya sangat minimalis untuk sebuah masjid, bercat putih tanpa ornamen atau lukisan diorama yang biasa ada di bagian dalam kubah di kebanyakan masjid di tanah air. Yang berbeda adalah Asmaul Husna (99 nama dan sifat Allah) yang tersusun di dinding mihrab hingga ke langit-langit atap. Pada atap yang berwarna putih juga terdapat lubang memanjang mengikuti alur pilahan langit-langit yang memanjang. Bagi yang baru pertama kali datang, mungkin menduga pengelola menggunakan pendingin untuk mengatur ventillasi udara, kenyataannya tidak demikian. Arsitek Rizal Muslimin merancang dinding empat sisi atap dengan kerangka pipa baca dan dinding berlubang-lubang mengikuti motif songket raksasa pada dinding luar. Dampaknya, udara mengalir dari keempat sisi dan terasa sejuk.

Tidak hanya itu, kisi-kisi itu juga menjadi sumber pencahayaan di siang hari sehingga menghemat penggunaan lampu. Perhatikan juga keempat sisi dinding atas masjid yang bermotif songket tersebut. Terdapat kalimat Allah di tengah motif songket yang berjajar mengelilingi dinding atas, lalu kaligrafi syahadatain. Pada setiap ukiran baja tersebut terdapat kalimat Allah dalam jenis huruf lebih kecil, begitu juga dengan kalimat Muhammad yang tersebar merata di keempat sisi. Pengunjung Masjid Raya Sumbar juga terkesan pada karpet sumbangan Pemerintah Turki yang lembut dan jarak sujud yang leluasa bagi muslimin bertinggi badan 170 cm hingga 175 cm.

Dibangun Sejak 2007 Cerita Hajar Aswad di Masjid Raya Sumbar Masjid Raya Sumbar yang dikenal sebagai Masjid Mahligai Minang memiliki bentuk tak biasa. Salah satu bagian masjid tersebut terinspirasi dari kain pembungkus Hajar Aswad. (dok. http://simas.kemenag.go.id/Dinny Mutiah) Kelebihan lain Masjid Raya Sumbar adalah kontruksi bangunan yang tahan gempa. Sumatera Barat adalah daerah gempa sehingga antisipasi penggunaan konstruksi tahan gempa patut diacungi jempol agar 5000-6000 jemaah yang bisa ditampung di dalamnya merasa aman.

Perjuangan Pemerintah Daerah dan masyarakat Sumatera Barat untuk mewujudkan masjid indah ini memang tidak mudah. Adalah Gubernur Gamawan Fauzi pada 21 Desember 2007 melakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid. Warga yang singgah di masjid yang terletak di jalan lintas Solok Selatan tersebut untuk shalat dan beristirahat menikmati panorama danau yang sejuk. Keberadaan Masjid Raya diharapkan tidak sekadar jadi destinasi wisata syariah, tetapi juga memperkuat sisi religius masyarakat Minang. Banyak tokoh muslim lahir dari provinsi ini sehingga ghirah memakmurkan masjid dan mengembangkan agama sangat kuat.

Keberadaan masjid juga diharapkan mampu memperkuat iman, ukhuwah Islam dan melahirkan kebersamaan untuk menjaga negeri dari pengaruh negatif asing serta memperkuat persatuan.

Sumber : potretpertanian.com
Komentar Anda

Berita Terkini