Wong Chun Sen-Etnis Tionghoa Harus Jaga Tradisi Leluhur Dengan Sembahyang Tebu.

author photo

Dilaporkan: A1.Red
Editor         : Amsari/Redaksi

MEDAN,MOLTODAY.COM    Memasuki hari ke-9 Tahun Baru Imlek, Ketua GEMABUDHI (Generasi Muda Budhis Indonesia) Sumatera Utara, Drs. Wong Chun Sen, M.Pd.B dan keluarga besarnya melaksanakan Sembahyang Tebu, Selasa malam (12/2)  di Kota Medan.

Tradisi orang Tionghoa dari suku Hokkien, Tahun Baru Imlek hari ke-9 ini makna sebenarnya adalah Hari Raya Sembahyang Tebu atau Pai Thi Kong (Sembahyang Langit). Yang mana menjelang 2-3 hari sebelum harinya,  pasar-pasar tradisional Tionghoa yang ada di Kota Medan, pasti dipenuhi dengan orang-orang yang berjualan batang tebu dan pernak-pernik Sembahyang Tebu ini. 

Menurut cerita, ritual ini berawal dari kisah perang kerajaan pada zaman dahulu, adanya masyarakat suku Hokkien yang bersembunyi di Perkebunan Tebu untuk menyelamatkan diri. Tidak tahu persis di zaman apa itu. 

Secara umum Wong mengatakan, "waktu itu di zaman awal Manchuria menguasai daratan Tiongkok,setelah Dinasti Ming ditaklukan orang Manchuria.akan tetapi berbagai daerah di pedalaman masih melakukan perlawanan termasuk di daerah Fujian yang merupakan kampung halaman orang Hokkien," terangnya

"Untuk memadamkan perlawanan, kaisar Manchuria mengirimkan pasukan yang sangat besar ke Fujian dan membantai orang-orang kampung. Hari pembantaian tersebut bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Untuk menyelamatkan diri mereka, suku Hokkien bersembunyi di dalam hutan dan sebagian lagi bersembunyi di perkebunan tebu yang sangat lebat pada masa itu," kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan dari Fraksi PDI Perjuangan ini

Lanjutnya, setelah beberapa hari bersembunyi ,dan  melihat situasi sudah aman, perlawanan terhadap Manchuria juga sudah dipadamkan, tentara Manchuria sudah tidak lagi membunuhi orang-orang kampung. Maka, warga yang sembunyi di dalam perkebunan tebu pun keluar, dan ternyata sudah hari ke - 9 hari raya Imlek di zaman tersebut. 

" Untuk mengenang hari tersebut, masyarakat Hokkien melakukan sembahyang kepada Langit di malam hari ke-8 (delapan) pada Tahun Baru Imlek dengan mempersembahkan tebu sebagai simbol syukuran," jelas Ketua Taruna Merah Putih (TMP) Kota Medan ini.

Pantauan awak media ini dilokasi, sebelum sampai puncaknya untuk melakukan Sembahyang Tebu, Wong beserta keluarga besarnya juga berpesan agar tradisi ini jangan sampai hilang di telan zaman milenial ini mengakhiri. 


(A.1.Red).
Komentar Anda

Berita Terkini