PIN Sumut : Islam Nusantara Metode Dakwah Rahmatan Lil'Alamin Dan Mengayomi

author photo

Medan, MOLTODAY.COM - Bertempat di Perum Grand Mutiara Sei Mencirim, Sunggal Sumatera Utara, Pejuang Islam Nusantara (PIN) Sumatera Utara (Sumut) menggelar Kopdar (Kopi darat), rembuk daerah dan diskusi keAswajaan, Sabtu (25/1/2020).

Selaku pemegang mandat Ketua PIN Sumut, H. Agus Rizal Koto, SHI., MA., mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh pengurus PIN se-Sumut dan masyarakat.

Acara yang diawali dengan perkenalan seluruh pengurus PIN Sumut dan Sahabat PIN Sumut.

"Seperti kekasih yang tak pernah bersua pujaan hatinya, bagaikan bunga di padang gurun nan gersang yang rindukan tetesan air, laksana purnama yang cerah tanpa awan dan mendung, karena memang selama ini hanya berkomunikasi dalam dunia maya kini dapat langsung bertatap muka secara langsung," ujar Agus Rizal Koto dalam sambutannya sembari bersyair. 

Dalam perkenalan tersebut, ternyata masing-masing pengurus PIN Sumut memiliki latar belakang yang menarik, diantaranya Muhtarom,  seorang kiyai lulusan dari pesantren Langitan Jawa Timur ini menyempatkan diri bercerita tentang kerinduannya untuk bersyarikat kembali di NU (Nahdlatul Ulama).

Ketertarikan Muhtarom terhadap Pejuang Islam Nusantara, yakni PIN yang berani mensosialisasikan Islam Nusantara di tengah fitnah besar yang menerpa NU, karena konsep dakwah Aswaja Islam Nusantara adalah hasil muktamar NU pada tahun 2015 yang lalu di Jombang Jawa Timur.

Menurutnya, sesuai dengan fakta bahwa warga bahkan struktural NU di daerah Sumatera Utara sangat merahasiakan atau takut mensosialisasikan istilah Islam Nusantara.

"Sebab ada kelompok-kelompok ekstrem yang menguasai hampir seluruh mimbar-mimbar dakwah di masjid-masjid dan pengajian," sebut Muhtarom.

Oleh karena itu, masih kata Muhtarom, gelombang kebencian itu disuarakan untuk memastikan gerakan NU di Sumatera Utara agar tidak mendapat simpati dari masyarakat.

"Seperti yang diutarakan Ustadz Devhan Rao penggerak PIN di Langkat sempat terjadi penyesatan terhadap NU. Islam Nusantara dianggap aliran dan agama baru, mereka yang anti NU menghembuskan fitnah bahwa NU membolehkan melaksanakan shalat dengan bahasa Jawa atau bahasa Indonesia,  bila mati dikafani kain batik dan nabinya adalah Said Aqil Siradj. Sungguh fitnah yang keterlaluan, namun kader NU yang paham tentang Islam Nusantara tetap Istiqomah mensosialisasikan dan mengklarifikasi tentang istilah Islam Nusantara," tuturnya.

Dijelaskannya, Islam Nusantara merupakan metode dakwah rahmatan Lil'Alamin, sopan santun, moderat dan mengayomi, sesuai dengan histori masuknya Islam ke bumi Nusantara melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, seni dan tasawuf seperti yang dilakukan oleh para ulama terdahulu.

"Diwarisi Wali Songo menjadi peradaban yang menghargai tradisi dan kebudayaan lokal, contoh sunan Kalijaga yang menjadikan wayang sebagai media dakwah di masyarakat Jawa dengan menjadi dalang menciptakan tokoh kalimasodo (kalimat syahadat) dalam lakonannya. Sunan Bonang dengan gamelannya.  Mencontoh dakwah para wali dan auliya Allah bukan berarti menafikan sistematika dakwah sesuai Al-Qur'an dan Sunnah, bahkan mereka mempraktekkan sesuai tuntunan dan teladan Al-Qur'an Surah An Nahal ayat 125, dengan hikmah, ma'uidzah Hasanah (pelajaran yang baik) dan diskusi yang saling menghargai dan menghormati perbedaan tanpa menyakiti, menghakimi dan memukul," demikian diungkapkan Muhtarom.

Pejuang Islam Nusantara (PIN) sebagai organisasi atau lembaga harus bersinergi dengan struktural NU di wilayah, cabang atau wakil cabang bahkan sampai ranting dan dusun, PIN tak akan menjadi banom resmi di NU, karena sudah banyak banom yang ada yang harus dihidupkan warga NU.

Independensi PIN sebagai lembaga diluar banom akan memudahkannya untuk berselancar di media maya dan nyata mengcounter berita miring, kebencian dan fitnah terhadap NU dan para Ulamanya. 

"Warga NU yang alergi terhadap istilah Islam Nusantara harus diobati dengan telaten, intensif dan sabar. Karena pikiran mereka telah terselubungi dengan awan kebodohan dan doktrin kebencian dari "minhum" yang menginginkan NU bubar," lanjut Muhtarom.

Dalam Kopdar, rembuk daerah dan diskusi keAswajaan yang ke IV ini, memiliki 13 agenda yang telah disepakati, yaitu ;

1.Mengagendakan pertemuan kopdar PIN pada dua bulan sekali, dengan melibatkan tokoh masyarakat dan agama (Ustadz, guru agama, perwiritan)  setempat. Sedangkan pertemuan di bulan maret di rumah Irham Jamia Hasibuan SE.

2. Melaksanakan Silaturahmi dan kunjungan khusus tokoh, ulama, ustadz secara Marathon.

3. Meminta dan mendesak Pengurus Pusat PIN untuk mengeluarkan SK penetapan Pengurus PIN SUMUT sebagai bukti administrasi dalam kunjungan resmi dan audiensi serta persiapan deklarasi, perkenalan dan pelantikan kepengurusan pada bulan Februari atau April, serta menyerahkan keputusan susunan kepengurusan secara bulat kepada Pengurus Pusat.

4. Membuat akun Facebook, Twitter, Instagram dan YouTube khusus PIN  yang menjelaskan tentang dakwah ASWAJA, Islam Nusantara dan kajian ke NU-an, menunjuk kepada Emil Hardi  sebagai pelaksana dan admin.

5. Mentrasfer dana ke rekening PIN pusat untuk pembuatan Kartu Anggota NU dan Kartu Anggota PIN

6. Menggerakkan PINARAK dengan menunjuk Irham Jamia SE sebagai ketua dan Sahabat Rozikin Batubara sebagai Sekertaris

7. Meminta Ustadz Miftahul Chair sebagai motivator di PIN.

8. Meminta Kyai Muhtarom dan Ustadz Devan  membimbing kegiatan pelatihan keAswajaan ke sekolah-sekolah, pesantren dan masyarakat.

9. Anggota PIN harus bersedia menjadi pengurus NU.

10. Membuka rekening PIN SUMUT khusus untuk membackup dana kegiatan kegiatan daerah secara kolektif  berupa infak, sedekah dan bentuk donasi yang ikhlas tidak mengikat. 

11. Menugaskan kepada H. Martono untuk menjembatani dialog-dialog kerukunan antar umat beragama dan lembaga agama. 

12. Menunjukkan jati diri ke PIN-an dan ke NU-an dengan memposting di media sosial merujuk pada instruksi Pengurus Pusat.

13. Meminta kepada setiap penggerak PIN di kota/ kabupaten se sumatera Utara untuk mengagendakan Roadshow, Silaturahmi, Tabligh Akbar PIN dan membentuk struktur kepengurusan masing-masing daerah.

Sementara itu, Syaiful Azhar Marpaung yang dikenal sebagai Ustadz fenomenal sekaligus penggerak PIN Kabupaten Batubara, sangat bersemangat dengan toleransi berpikir di Nahdlatul Ulama, beliau sering mengadopsi alur pikir guru bangsa Gus Dur,  Kiai Aqil Siradj, Ishomuddin dan Kyai Sumanto Al Qurthuby.

Di penghujung acara, Agus Rizal Koto  sangat apresiasi terhadap pergerakan para kader NU dan PIN yang tidak gentar menyampaikan dan mensosialisasikan dakwah keAswajaan terutama mengkonter fitnah para pembenci terhadap NU dan Ulamanya serta metode dakwah Islam Nusantara.

Di akhir acara kopdar, rembuk daerah dan diskusi PIN Sumut tersebut, ditutup dengan doa dan foto bersama pengurus PIN Sumut. 

(Ridwan)
Komentar Anda

Berita Terkini