Perkebunan Kelapa Sawit Dorong Investasi di Sumut.

author photo


Medan, Moltoday. Com – Ditriwulan III 2020 diprediksi investasi akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari triwulan sebelumnya, didorong oleh investasi swasta yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan sejenisnya.

“Investasi pada triwulan III 2020 diprediksi akan meningkat. Karena sudah mulai ada peningkatan investasi, terlihat dari beberapa pendorongnya, salah satunya adalah industri kelapa sawit,” kata Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat saat Bincang Bareng Media (BBM) di kantor BI Sumut Jalan Balai Kota Medan, Selasa (6/10/2020).

Dalam kesempatan ini, Wiwiek turut didampingi Wakil Kepala Kantor BI Wilayah Sumut Ibrahim dan Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah BI Wilayah Sumut Andiwiana Septonarwanto.

Wiwiek mengatakan, ada beberapa pendorong investasi. Diantaranya dari industri sawit, meliputi replanting, akuisisi lahan baru, penambahan pabrik, perbaikan mesin produksi, penambahan line produksi, dan lainnya
"Sawit harganya cukup bagus, di bulan Agustus meningkat,” ujarnya.

Wiwiek menambahkan, bahwa investasi diprediksi akan meningkat karena didorong industri sawit. Dimana sawit masih cukup baik untuk pemenuhan ekspor dan kebutuhan domestik terkait biodieselnya.

Wiwiek juga memprediksi kalau sampai bulan Agustus, ekspor industri ini sudah mulai membaik dan meningkat meski dari sisi volume menurun.

Tak dipungkiri, industri Mamin (makanan dan minuman) juga mendorong peningkatan investasi, dengan adanya maintenance rutin oleh pengusaha sektor industri minuman olahan dan industri plastik.

Kepala BI ini juga menjelaskan, indikasi pendorong investasi adalah konstruksi, seperti berlanjutnya pembangunan proyek multiyears milik pemerintah seperti jalan tol, bendungan, kereta api, dan kelistrikan. Kemudian, berlanjutnya pembangunan proyek multiyears milik  swasta pabrik industri mamin, retail, kelistrikan, dan pertambangan.

Selain itu, industri karet merupakan salah satu penyebab tertahannya investasi. Pasalnya, tidak ada investasi dari pelaku usaha industri karet akibat ketidakpastian pasar dan harga jual karet yang rendah.
Di bidang real estate, pengusaha sektor real estate belum melakukan pembangunan karena minimnya permintaan.

Sedangkan di bidang jasa transportasi, pengusaha jasa transportasi menunda rencana investasi berupa fasilitas sarana dan prasarana hingga kondisi
membaik.

"Faktor lainnya yang menahan investasi adalah tidak adanya investasi baru dari sektor perdagangan retail, industri kayu, dan pertanian," terang Wiwiek mengakhiri.  

(A-1Red) 

Komentar Anda

Berita Terkini